Dokter sering mendapat citra negatif di mata pasien, misalnya sombong atau kurang mendengarkan keluhan pasien. Supaya berimbang, pasien juga perlu merenungkan kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan saat berhadapan dengan dokter.
Sehebat apapun kemampuannya, dokter tetap seorang manusia yang tak mungkin mengubah takdir sembuh tidaknya seorang pasien. Salah satu cara untuk meningkatkan peluang kesembuhan adalah lewat kerja sama dan komunikasi yang baik antara dokter dengan pasien.
Kerja sama dan komunikasi yang baik kadang terkendala oleh sikap dokter yang jutek, namun bisa juga terhambat oleh kesalahan-kesalahan yang dilakukan pasien seperti dikutip dari CNN, Jumat (27/5/2011) berikut ini.
1. Menerima panggilan telepon
Selama berada di ruang periksa, sebaiknya ponsel dimatikan atau setidaknya abaikan dulu jika ada panggilan masuk. Pasien yang sibuk sendiri dengan ponselnya menunjukkan bahwa urusan kesehatan baginya tidak lebih penting dari urusan lain.
2. Berbohong atau main rahasia
Untuk bisa memberikan layanan terbaik, seorang dokter butuh informasi seakurat mungkin tentang pasiennya. Tidak ada yang perlu dirahasiakan, termasuk jika pasien tersebut adalah gay, pernah aborsi atau sering mengonsumsi alkohol.
3. Berbelit-belit menyampaikan keluhan
Saat menyampaikan keluhannya, pasien suka terlalu banyak bicara sehingga seperti orang 'curhat' padahal yang dibutuhkan dokter hanya bagian mana yang sakit, sudah berapa lama, panas atau tidak dan beberapa informasi sederhana lainnya. Selebihnya dokter akan memastikannya lewat pemeriksaan. Ketrampilan dokter untuk menggali informasi dan mengarahkan pembicaraan sangat penting saat menghadapi pasien yang berbelit-belit.
4. Menyampaikan keluhan terlalu singkat di pendaftaran
Sebelum pasien masuk ke ruang periksa, dokter bisa mempelajari dahulu keluhannya jika disampaikan secara detail ketika mendaftar di bagian administrasi. Kadang di berkas pendaftaran hanya ada keluhan radang tenggorokan, sampai di dalam ingin diperiksa nyeri dada.
5. Tidak menyampaikan harapan dari pemeriksaan
Kewajiban dokter adalah memberikan yang terbaik bagi pasiennya, namun hal itu sangat subyektif. Misalnya ada pasien yang merasa hanya cocok dengan obat tertentu, sebaiknya disampaikan dari awal sebelum dokternya meresepkan obat lain yang lebih murah.
6. Tidak tahu jenis obat yang diterimanya
Saat meninggalkan ruang periksa, pasien sebaiknya sudah tahu obat apa saja yang diresepkan oleh dokter berikut fungsinya masing-masing. Seharusnya memang menjadi tugas dokter untuk menyampaikan hal itu, tapi pasien yang bijak harus tahu dan berani menuntut haknya dengan bertanya.
7. Pergi dengan menyisakan pertanyaan
Beberapa dokter memang kelihatan agak galak, tapi bukan alasan untuk tidak menanyakan hal-hal yang belum jelas. Pasien membayar jasa dokter untuk diperiksa dan mendapat informasi tentang penyakitnya, jadi bila masih ada pertanyaan jangan pulang sebelum mendapat jawaban yang memuaskan.
8. Tidak membawa foto rontgen atau berkas lain
Jika berobat ke dokter langganan, hal ini mungkin tidak menjadi masalah karena ada data rekam medis di sana. Namun jika tidak, jangan pernah lupa membawa dokumen-dokumen pendukung pemeriksaan misalnya foto rontgen atau surat rujukan.
9. Diam-diam tidak setuju dengan dokter
Beberapa pasien tidak banyak bicara atau mengemukakan pendapat di ruang periksa, baru sesampainya di rumah marah-marah lalu tidak mau minum obat yang diberikan oleh dokternya. Jika tidak suka dengan cara si dokter memeriksa maupun jenis obat yang ia berikan, sampaikan saja atau cari dokter lain.
10. Tidak patuh tapi marah-marah kalau tidak sembuh
Melanjutkan poin di atas, ketika pasien setuju dengan keputusan dokter maka saran-saran yang diberikan harus diikuti dengan baik. Dokter tidak akan mau bertanggung jawab atas segala hal yang terjadi karena tidak patuh minum obat atau malas kontrol.
- SOURCE : HTTP://AZIZTHERIPPER.BLOGSPOT.COM/
wkwkwkwkwkw
BalasHapus