Menurut Eva, penyandang difabel juga perlu pekerjaan untuk menghidupi diri sendiri. Selain bersekolah di SLB, mereka memiliki potensi yang besar Hanya saja, potensi itu sering kali terhambat karena alat keterampilan kerja di panti minim.
Padahal, lanjut Eva, beberapa perusahaan berminat memperkerjakan para penyandang difabel yang memiliki keahlian tertentu. "Ketika saya tanya mereka (perusahaan) apakah berminat memperkerjakan penyandang disabilitas, mereka bilang, ya, katanya.
Eva berharap ada penambahan alat penunjangan keterampilan kerja bagi penyandang difabel, terutama untuk 120 penghunm Panti Sosial Bina Rungu Wicara (PSBRW) Melati yang berasal dari kalangan menengah dan miskin. intinya kami minta pemenuhan hak-hak difabel untuk aktualisasi para penyandang disabilitas karena mereka memiliki potensi, tinggal bagaimana mengembangkan kreativitas mereka, ujarnya.
Eva mengatakan, selama tempat mengembangkan potensi, para penyandang difabel juga dapat memanfaatkan panti untuk menjembatani dari dunia sekolah ke dunia nyata.
Menteri Sosial Salim Segaf al Jufri mengatakan akan menambah alat-alat keterampilan kerja di panti-panti yang menjadi Unit Pelaksana Talmis (UPT) Rehabilitasi Sosial (Rehsos). "Alat keterampilan kerja yang baru akan disiapkan", ujarnya.
Salim mengungkapkan, Kementerian Sosial (Kemensos) setiap tahun memberikan pelatihan sebagai persiapan kerja bagi para penyandang difabel, terutama penyandang tunadaksa. Selama flu, Kemensos melakukan pendekatan ke perusahaan-perusahan asing dari dalam negeri sebagai upaya penyerapan tenaga kerja dan penyandang difabel.
Dengan pendekatan tersebut, kata dia, akan diketahui perusahaan yang dapat mempekerjakan penyandang difabel dengan keterampilan tertentu. Langkah selanjutnya, mengundang dunia usaha untuk melihat kemampuan pan penyandang difabel dan menyiapkan data beserta keahlian mereka.
Setelah itu, dilakukan evaluasi berapa yang terserap setiap tahun. "Tahun lalu, 120 dan 350 penyandang disabilitas yang terserap," kata Salim